Selasa, 18 April 2017

IBD - Kebudayaan Betawi (Kelompok 1)



MAKALAH
KEBUDAYAAN ADAT BETAWI






Disusun oleh : Kelompok 1
1.     ADE AGUSTIAN                                      10116093
2.     ALIFA SABILLAH                                    10116605
3.     DEKI PANCA PRADILA                           11116782
4.     HARRIY PRIMA YULIANTO                   13116230
5.     MUHAMMAD HADI S                              14116881
6.     NAILA MARATUSOLIKHAH                   15116290
7.     REZKY AUDIANSYAH PUTRA               18116161
Kelas 1KA14
       


PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017















KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik, shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Muhammad SAW.

Makalah ini disususn agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kebudayaan Adat Betawi”, yang kami sajikan dalam pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kami degan berbagai rintangan. Baik itu yang datang pada diri kami maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Kebudayaan Adat Betawi” yang sangat dekat sekali dalam kehidupan masyarakat sekitar. Untuk itu kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahan tentang salah satu kebudayaan di indonesia yang hampir sebagian orang melupakannya

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadikan masyarakat yang lebih baik lagi.


                                               Depok, 16 April 207



                                                     Penyusun 



DAFTAR ISI
Kata Penghantar..................................................................................................... I
Daftar Isi .............................................................................................................. II
Bab I Pendahuluan ............................................................................................... 1 
a.       Latar belakang .......................................................................................... 1
b.      Rumusan Masalah .................................................................................... 2
c.       Tujuan Penulisan ............................................................................ ..........2

Bab II Pembahasan ....................................................................................... 2
a.       Sejarah Asal Usul Betawi ....................................................................2
b.      Upacara Pernikahan .............................................................................4
c.       Rumah adat ........................................................................................6
d.      Makanan Khas Betawi .........................................................................7
e.       Perilaku dan Sifat Suku Betawi .............................................................8
f.        Kepercayaan Suku Betawi ...................................................................8
g.      Seni dan Kebudayaan Suku Betawi .......................................................9
h.      Bahasa Suku Betawi ..............................................................................9
i.        Mata Pencarian ...................................................................................10
Bab III Penutup ................................................................................................. 11
                   a.       Kesimpulan ............................................................................................ 11 
                   b.      Saran ...................................................................................................... 11

                 Bab IV Lampiran ................................................................................................ 12
                  a.       Poin Wawancara ..................................................................................... 12 
                  b.      Daftar Pustaka.........................................................................................12










BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk sosial dan berbudaya, hal ini dapat kita lihat dari perkembanganmanusia yang ditandai dengan adanya peradaban -peradaban yang ada serta budaya yang sudah terbentu.manusia mendiami suatu wilayah yang berbeda. Hal ini membuat adat istiadat, kebudayaan, dan keperibadian setiap manusia suatu wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dapat dibedakan secara garis besar terdapat pembagian tiga wilayah, yaitu: barat, timur tengah, dan timur.
Indonesia adalah termaksuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur telah dikenal oleh dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang-orang dari wilayah lain sangan menyukai orang timur dikarenakan keperibadian orang timur yang tidak individualitas dan saling tolong menolong satu dengan yang lainnya.
Menurut Solo Soemarjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan berbagai kegiatan bagi kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin antar etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Kata Betawi sebenarnya dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta yang pernah diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara struktur, proses dan pertumbuhan sosial suku Betawi mulai dari sejarah, bahasa, kepercayaan, profesi prilaku, wilayah, seni dan budaya

B. RUMUSAN MASALAH
Dari untaian kata diatas, kami ingin menjelaskan kepada masyarakat mengenai batasan dan rumusan masalah dalam beberapa point penting:

1. Bagaimana sejarah asal usul suku Betawi
2. Bagaimana upacara pernikahan dari Suku Betawi
3. Apakah rumah adat betawi
4. Apa saja makanan khas betawi
5. Bagaimana perilaku dan sifat dari Suku Betawi
6. Apa saja kepercayaan Suku Betawi
7. Apa saja seni dan kebudayaan Suku Betawi
8. Apa bahasa yang dipaka Suku Betawi
9. Bagaimana mata pencarian Suku Betawi

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah kami ini adalah untuk mengetahui secara mendalami dan mengetahui sejarah dari Suku Betawi dari segala aspeknya. Adapun manfaat dari penulisan kami ini yaitu agar dapat menambah pengetahuan tentang proses dan pertumbuhan sosial Suku betawi

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH ASAL USUL SUKU BETAWI
Ada tiga pendapat yang menjelaskan tentang sejarah suku Betawi, yaitu :

1. Pendapat pertama

Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.


2. Pendapat kedua

Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 SM.

3. Pendapat ketiga

Lance Castles yang pernah melakukan penelitian tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.

Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
1.                     Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia.
2.                     Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
3.                     Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
4.                     Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.

Etimologi Betawi

Menurut para ahli dan sejarahwan asal mula kata Betawi mengacu pada pendapat berikut:

1. Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.

2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

3. Flora guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"

Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.

B. UPACARA PERNIKAHAN SUKU BETAWI
Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
1.      Masa dipiare
2.      Acara mandiin calon pengantin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah.
3.      Acara tangas atau acara kum
4.      Acara ngerik atau malem pacar.
Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, tibalah pada pelaksanaan akad nikah. Calon tuan mantu berangkat menuju rumah calon none mantu dengan membawa rombongan yang biasa disebut rudat. Mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarga tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Sedangkan barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
1.      sirih nanas lamaran
2.      sirih nanas hiasan
3.      mas kawin
4.      miniatur masjid yang berisi uang belanja
5.      sepasang roti buaya
6.      sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7.      jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8.      hadiah pelengkap
9.      kue penganten
10.  kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie berari harapan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, kedua mempelai diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
Menariknya dalam adat betawi, setelah pasangan memepelai resmi berstatus suami dan istri, mereka tidak langsung bisa melakukan hubungan badan. Aturannya ialah sang istri harus jual mahal terhadap ajakan suami untuk melakukan hubungan intim, sehingga sang suami harus melwati ‘malem negor’, yakni merayu sampai sang istri luluh hatinya dan mau diajak masuk kamar. Tak hanya dengan sekadar kata-kata, ‘uang tegor’ pun menjadi bagian dari bujuk rayu sang suami.
C. RUMAH ADAT BETAWI
Rumah adat Betawi adalah Rumah Kebaya
Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas 
rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.

D. MAKANAN KHAS SUKU BETAWI


1. kerak telor
2. Nasi uduk
3. Nasi ulam
4. Ketupat sayur/lontong sayur
5. Gado-gado
6. Ketoprak
7. Semur jengkol
8. Laksa betawi
9. Pindang bandeng
10. Soto betawi
11. Sototangkar



E. PERILAKU SUKU BETAWI
Nilai-nilai kebetawian yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Betawi melahirkan karakter yang tegas dan sabar pada diri orang Betawi. Walaupun hidup dalam kesusahan, orang Betawi tidak akan menjual keyakinan mereka. Sesuatu yang telah mereka anut sejak kecil tidak akan mudah pudar begitu saja hanya karena kesusahan atau iming-iming harta-benda. Kehidupan bagi orang Betawi adalah sebuah perjuangan dan kerja keras yang terus berlanjut hingga kematian tiba. Oleh karena itu, karakter pantang menyerah dan selalu mencari jalan keluar adalah ciri dari orang betawi asli. Dalam mengatasi masalah hidup menjadi kekuatan tersendiri masyarakat Betawi. Karakter ini juga melahirkan sifat berani menghadapi tantangan apa pun pada diri orang Betawi selama mereka meyakini apa yang mereka pilih itu benar. Gambaran lain orang Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi. Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti mereka menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka juga mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka. Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap mereka terhadap situasi yang mereka hadapi. Bahkan jika kita memperhatikan dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot, Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu, model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong. Hal lain yang juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap bangsa dan negara.

F. KEPERCAYAAN SUKU BETAWI
Di samping kepercayaan terhadap agama yang begitu kuat, kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi masih mempercayai segala hal yang bersikap gaib atau supranatural. Adapun beberapa hal yang masih diyakini oleh kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi tersebut diantaranya adalah ; Kepercayaan akan dewa-dewa jahat, kepercayaan akan makhluk halus baik maupun jahat dan kekuatan-kekuatan lain yang diluar logika. Oleh sebab itu ada beberapa ritual seringkali dilakukan kelompok-kelompok kecil masyarakat Betawi ini guna menjaga hubungan antara manusia dengan makhluk –makhluk gaib diantaranya adalah dengan menggelar berbagai upacara atau persembahan.[2]
Kepercayaan akan kekuatan gaib juga bisa ditemui oleh masyarakat Betawi yang menempati beberapa wilayah seperti di Kampung Baru Kelapa Dua Wetan, Pondok Ranggon, Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap bayi yang dilahirkan selalu didampingi dengan empat saudara kandungnya yang tidak bisa dilihat dengan mata. Empat saudara kandung masing-masing dinamai ; Mbok Tutuban, Nyai Gumelar, Urihi dan tali ari-ari sebagai saudara yang keempat yang disebut Gebleghi. Tali ari-ari ini kemudian dikubur dan rohnya menjadi penjaga dan pelindung saudaranya yang hidup.
Demi menghormati keempat saudara ini maka dalam berbagai kesempatan, kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap member sesajen untuk menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan ancak dan dipasang di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar hajatan seperti pesta perkawinan dan khitanan.
Dalam upacara tradisional juga sering dibacakan mantra-mantra yang dikenal sebagai ‘ Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat berarti empat hal atau manusia hidup harus memperhatikan empat hal yang ada di sekelilingnya maksudnya empat hal yang ada di penjuru angin termasuk utara, selatan, barat dan timur. Kelima pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari atas kebawah atau sebaliknya. Kelima Pancer merupakan pencerminan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya. Empat papat kelima Pancer berarti pola hubungan manusia dengan sesame secara horizontal dan pola hubungan manusia dengan Tuhan secara vertikal.


G. SENI DAN KEBDAYAAN BETAWI
Suku Betawi memiliki kesenian dan kebudayaan yang beragam. Dan berikut kesenian dan kebudayaan dari masyarakat betawi
1. Rumah adat = rumah kebaya
2. Pakaian adat = untuk laki laki adalah baju koko, celana batik,kain pelekat
           Atau pun sarung yang diikat di leher serta peci yang
           Yang digunakan sedangkan wanita menggunakan baju
           Kurung lengan pendek atau kebaya
           Untuk pakaian pernikahan laki-laki memakai jubah dan
           Penutup kepala sedangkan wanita memakai blus berwrna  
           Cerah dan bawahnya menggunakan rok atau yang disebut
               Kun yang berwarna gelap dengan model duyung
3. seni tari = tari topeng.dan Tari cokek betawi
4. musik = gambang keromong dan tanjidor
5. bela diri = pencak silat, bela diri ini dimainkan oleh dua orang laki-laki
           Dengan menggunakan baju koko, ikat pnggang khas betawi
           Serta peci
6.kesenian = ondel-ondel dan lenong


G. BAHASA SUKU BETAWI

Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia (bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sundabahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.

F. MATA PENCARIAN MASYRAKAT BATAWI
masyarakat Betawi asli kebanyakan mencari nafkah dari hasil bertani dan berkebun. Hasil tani atau hasil kebun kemudian mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara untuk masyarakat Betawi yang menekuni perkerjaan sebagai petani, mereka akan menanam beberapa jenis tanaman seperti buah-buahan dan bunga. Buah-buahan yang mereka tanam bisa berupa; salak, duku, durian, nangka dan melinjo. Sedangkan untuk jenis tanaman bunga, mereka akan menanam bunga anggrek dan tanaman hias lainnya.
Selain bertani, masyarakat Betawi, juga sebagian ada yang terjun di dunia dagang diantaranya adalah dengan membuka warung atau berkeliling menjajakan makanan-makanan khas betawi seperti asinan, tape uli, kerak telor, nasi uduk, laksa, dodol, gado-gado, sayur asam dan lain sebagainya. Pada umumnya masyarakat Betawi sekarang hidup mapan dan kecukupan.











BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari kami di atas, maka kami telah menyimpulkan bahwa kesenian dan kebudayaan Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis musik seperti Gambang Keromong, Tanjidor. Menggukan bahasa dengan 2 dialek. Dari bidang seni teater terdapat lenong. Kemudian terdapat cerita rakyat serta Ondel-ondel sebagai pertunjukan khasnya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.

B. SARAN
Kita sebagai masyarakat indonesia yang memiliki banyak seni budaya dari berbagai wilayah harus bisa menjaga kelestariannya. Upaya dalam menjaga kelestariannya bukan hanya dari pemerintah saja tapi peran masyarakat dalam menjaga seni budaya sangat di butuhkan agar seni budaya dapat terjaga kelestariannya. Dan kami sangat mengharapkan apapapun yang dilakukan oleh Pemerintah demi upaya modernisasi Jakarta tetap memperhatikan aspek kelangsungan dan kearifan Budaya Betawi.











BAB IV
Lampiran


a.      Poin Poin Wawancara
1.      menurut Anda, apa yang anda ketahui tentang suku Betawi?
2.      Apa yang menjadi ciri khas suku Betawi?
3.      Pada umumnya masyarakat betawi berprofesi sebagai apa?
4.      Perilaku dan sifat orang Betawi?
5.      Tanggapan Anda mengenai terpinggirnya masyarakat Betawi oleh moderernisasi Jakarta?


b.      DAFTAR PUSTAKA